Lembaga penelitian, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun non-pemerintah, sebagai salah satu ‘industri’ di sektor pengetahuan memiliki peran penting dalam memajukan sebuah bangsa. Negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia lebih unggul secara ekonomi, peradaban, dan ilmu pengetahuan karena lembaga risetnya kuat dan perumusan kebijakan berbasis bukti ilmiah.
Dikutip dari theconversation.com, pemerintah terus mendorong iklim inovasi dan riset di Indonesia. Dengan menurunkan anggaran riset kementerian/ lembaga pemerintahan dengan total sekitar Rp 24 triliun (menurut data tahun 2017). Namun, Presiden Joko Widodo berulang kali mempertanyakan dampak anggaran tersebut terhadap kepentingan strategis dan kebijakan publik Indonesia.
Dengan anggaran yang diturunkan, artinya riset akademis tidak berhenti, banyak riset akademis yang dilakukan peneliti setiap tahunnya. Dikutip dari risbang.ristekbrin.go.id bahwa, sistem nasional ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendasari riset dan inovasi masih tergolong lemah. Lalu, mengapa bisa dikatakan lemah? Apa yang menghambat hasil riset tersebut untuk diterima menjadi sebuah inovasi untuk masyarakat luas?
Ada apa dengan riset akademis di Indonesia?
Mari kita diskusikan bersama seorang tokoh didunia pendidikan. Prof. Dr. Ir. R. Eko Indrajit, M.Sc., MBA., Mphil., MA. Beliau merupakan pakar teknologi yang berbakat. Tak hanya sebagai pakar, ia juga seorang akademisi sekaligus penulis puluhan judul buku dan ratusan jurnal ilmiah yang telah dipublikasikan tingkat nasional maupun internasional.
Tidak perlu khawatir mengeluarkan uang, karena diskusi ini gratis untuk kamu yang serius untuk mendapatkan ilmu baru. Karena Ngampooz akan #Tetapada untuk bantu kamu #JadiPintar Walaupun #dirumahaja!
Apa yang kamu akan dapatkan?
📝Ilmu yang bermanfaat
🏅E-Sertifikat
Yuk, #JadiPintar bareng Ngotak!
**webinar link akan kamu dapatkan di menu tiket. Cek tiket yang kamu dapatkan setelah mendaftar ya!